Kamis, 27 Oktober 2016

PEMUDA PAPUA BARAT DALAM PUSARAN KEPENTINGAN (Sebuah Refleksi Perjalanan 8 Tahun Pemuda Papua Barat)

“Kami poetra dan poetri Indonesia, mengakoe bertoempah darah jang satoe, tanah Indonesia.
Kami poetra dan poetri Indonesia mengakoe berbangsa jang satoe, bangsa Indonesia.
Kami poetra dan poetri Indonesia mendjoendjoeng bahasa persatoean, bahasa Indonesia”

Pada setiap tanggal 28 Oktober kita selalu merayakan peringatan Hari Sumpah Pemuda (HSP). Peringatan tersebut mengingatkan bangsa Indonesia terhadap sejarah perjuangan seluruh elemen pemuda Indonesia yang telah menebar semangat menjaga jiwa patriotisme dan berhasil menyatukan visi kebangsaan, yang melahirkan sebuah komitmen kebangsaan yaitu bertumpah darah satu tanah air Indonesia, berbangsa satu bangsa Indonesia, dan menjunjung bahasa persatuan bahasa Indonesia. Sebagaimana yang kita kenal hingga saat ini sebagai Sumpah Pemuda 1928, dengan mempersatukan pemuda Indonesia untuk memperjuangkan kemerdekaan Republik Indonesia.
Pemuda Papua Barat di Indonesia Hadir Melalui Wadah Yang disebut KNPI pada medio tahun 2008 dan sekarang telah berjalan kurang lebih 8 tahun. KNPI mulai berkembang di Papua Barat dengan terpilihnya Bung Hermus Indouw, S.Ip, MH melaui MUSDA I KNPI/ Pemuda Papua Barat untuk periode tahun 2008 - 2012. Bung Hermus Indouw, S.Ip, MH sendiri menahkodai wadah kepemudaan ini 2 Periode kepengurusan dengan kembali terpilih sebagai Ketua DPD KNPI Papua Barat Melalui MUSDA II KNPI/ Pemuda Papua Barat periode tahun 2012 – 2016. Dalam kepengurusan yang berjalan 8 tahun ini, infrastruktur kepemudaan baik sarana dan prasarana pemuda telah disiapkan diantaranya pembangunan Gedung Pemuda dan sarana pendukung berupa kendaraan operasonal di Provinsi Papua Barat maupun 13 Kab/Kota di wilayah kepala burung. Tidak hanya itu kehadiran KNPI sebagai wadah berhimpunnya organisasi kepemudaan di Papua Barat telah banyak memberikan kontribusi kepada pemerintah baik melalui distribusi kader dalam birokasi, akademisi dan telah menyiapkan kader – kader terbaik yang berperan dalam konstalasi politik lokal di Provinsi Papua Barat.
Namun seiringnya dengan berjalannya waktu, dinamika kepemimpinan Pemuda di Papua Barat mulai diuji dengan adanya dualisme kepemimpinan pemuda secara nasional, yakni Rifai Darus hasil Kongres Papua dan Fadh El Farouhsi hasil KLB Jakarta. Dualisme kepemimpinan pemuda secara nasional ini juga berdampak terhadap perkembangan kepemimpinan pemuda di Papua Barat. Hal ini ditandai dengan adanya kepemimpinan ganda dalam tubuh pemuda papua barat yang mana berdasarkan hasil MUSDA III KNPI/ Pemuda Papua Barat yang dilaksanakan pada bulan Juli 2016 di Hotel Mariat Kota Sorong berhasil memilih Bung Amus Yanto Ijie, ST sebagai Ketua. MUSDA Sorong ini mengacu pada kepemimpinan pemuda hasil KLB Jakarta dan sekarang menempati Gedung Pemuda Papua Barat yang bertempat di Sowi Gunung sebagai Sekretariat, sehingga selang beberapa waktu pemuda Indonesia hasil kongres papua menerbitkan SK Carateker DPD KNPI Papua Barat kepada Bung Rahman Pasigai dan Bung Marinus Bonepai, masing – masing sebagai Ketua dan Sekretaris Carateker serta kepengurusan ini telah melaksanakan MUSDA pada bulan September 2016 yang bertempat di Swiss Belt Hotel Manokwari serta berhasil memilih Bung Sius Dowansiba, SE sebagai Ketua.
Dari sisi legitimasi MUSDA Sorong dihadiri oleh 13 DPD KNPI Kab/Kota di Papua Barat serta 60 OKP dari hampir 80 OKP tingkat Provinsi Papua Barat, sedangkan disisi lain MUSDA Manokwari mengklaim kepesertaan baik DPD KNPI Kab/Kota serta OKP tingkat provinsi memenuhi kuorum sesuai dengan AD/ART hasil kongres papua. Hal ini menjadi menarik ketika dalam perhelatan MUSDA ini wibawa organisasi baik dari setiap KNPI Kab/Kota serta OKP dipertaruhkan.
Pemuda Papua Barat hari ini diperhadapkan dengan kepentingan pemuda untuk berkontribusi dalam mengawal lahirnya Pemimpin Baru di Provinsi Papua Barat dan beberapa Kab/Kota melalui PILKADA Serentak tahun 2017. Namun independensi pemuda papua barat masih harus dipertanyakan karena pemuda sebagai kekuatan besar sekarang telah dicabik oleh kepentingan sekelompok pemuda yang haus akan kekuasaan namun tanpa disadari mereka telah mengorbankan kepentingan pemuda sebagai pengerak dan tongkat estafet dalam pembangunan di Papua Barat tercinta. Mungkin ada benarnya kepentingan pemuda papua barat sudah terlibat dalam politik praktis menuju PILKADA 2017.
Banyak Pemuda mengatakan ini dinamika bahwa pemuda itu ada dan hidup, namun yang menjadi pertanyaan pemuda itu akan selalu ada disetiap masa kepemimpinan tetapi mengapa untuk menuju perhelatan PILKADA 2017 pemuda papua barat ibarat ayam yang sedang mencari induk untuk dan agar tetap eksis demi kepentingan sekelompok pemuda untuk berkuasa dan menindas pemuda lain.

Penulis : Mervin Arison Asmuruf (Mahasiswa Pascasarjana UGM)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar