Jumat, 09 Desember 2016

Menuju MANOKWARI BEBAS SAMPAH (Bagian I) Oleh Mervin Arison Asmuruf


Manokwari merupakan salah satu kabupaten di Tanah Papua dimana sejak tahun 2002 dimekarkan menjadi Kabupaten Teluk Bintuni dan Kabupaten Teluk Wondama serta di tahun 2013 dimekarkan lagi menjadi Kabupaten Manokwari Selatan dan Kabupaten Pegunungan Arfak. Manokwari  sejak tahun 2003 menjadi Ibu Kota Provinsi Papua Barat berdasarkan UU No 45 Tahun 1999 dan INPRES No. 1 Tahun 2003, Hal ini membuat Kabupaten Manokwari mengalami pertumbuhan penduduk yang begitu tinggi dan cepat karena disebabkan oleh arus perpindahan penduduk.
Berdasarkan data BPS Kabupaten Manokwari yakni “Manokwari Dalam Angka” pada tahun 2015  jumlah penduduk di Kabupaten Manokwari mancapai 154.296 jiwa dengan rata-rata laju pertumbuhan penduduk mencapai 2,74%, dimana Distrik Manokwari Barat merupakan Distrik dengan Laju pertumbuhan tertinggi pada tahun 2015 yakni 6,75% atau sekitar 89.639 jiwa dan diikuti oleh Distrik Manokwari Selatan dengan laju pertumbuhan penduduk mencapai 3,98% atau sekitar 13.879 jiwa. Dari data Manokwari Dalam Angka, dapat dilihat bahwa laju pertumbuhan penduduk di kedua Distrik tersebut diatas rata-rata laju pertumbuhan penduduk di Kabupaten Manokwari.
Distrik Manokwari Barat dan Distrik Manokwari Selatan merupakan dua wilayah di Kabupaten Manokwari yang akhir-akhir ini sedang mengalami perkembangan yang begitu cepat dan pesat, dimana arah pengembangan dan pembangunan sedang dipacu. Distrik Manokwari Barat merupakan kawasan yang wilayahnya padat penduduk dan merupakan pusat perekonomian, sedangkan Distrik Manokwari Selatan saat ini dijadikan sebagai pusat perkantoran dan industri karena di kawasan ini sudah dibangun Perkantoran baik Provinsi Papua Barat maupun Kabupaten Manokwari  juga sedang dibangun sebuah Perusahaan Semen yang mana pada akhirnya juga akan memacu tumbuhnya perekonomian baik usaha skala kecil hingga sedang (tempat foto copy dan usaha rumah makan) yang apabila tidak ditata dan dikelola dengan baik, sudah barang tentu akan sangat mengganggu kehidupan sosial masyarakat dan lingkungan.
Masalah lingkungan yang menjadi pokok bahasan kita pada tulisan ini, dimana akhir-akhir ini sedang menjadi trend di kalangan masyarakat Manokwari yakni Pengelolaan dan Penanganan Sampah Menuju “Manokwari Nol Sampah”. Mengapa ini menjadi penting untuk kita bahas, karena sampai saat ini belum ada upaya dari pemerintah daerah dan peran serta masyarakat dalam hal menata dan mengelola sampah secara baik. 
Pengelolaan dan Penanganan Sampah menjadi penting, dikarenakan tidak hanya jumlah perumahan dan pemukiman penduduk yang terus bertambah tetapi juga semakin menjamurnya usaha rumah makan, yang mana otomatis secara rutin akan terus memproduksi sampah sebagai limbah. Hal ini sangat membutuhkan perhatian semua stakeholders untuk berpartisipasi dalam menata dan mengelola limbah rumah tangga dan usaha rumah makan. Dari data Manokwari dalam angka tahun 2015, jumlah rumah tangga di Kabupaten Manokwari tercatat kurang lebih 35. 119 rumah tangga dimana Distrik Manokwari Barat dan Distrik Manokwari Selatan masing-masing 18.418 dan 3.450 rumah tangga atau sekitar 62.27% dari jumlah rumah tangga di Kabupaten Manokwari. Dari data ini saja sudah dapat kita lihat bahwa jumlah rumah tangga di kedua distrik ini sudah lebih dari setengah jumlah rumah tangga di Manokwari, kemudian jika kita estimasi jumlah dalam kilogram per minggu, sampah atau limbah rumah tangga yakni 3 kilogram per minggu untuk setiap rumah tangga maka kurang lebih akan ada limbah sampah rumah tangga di Manokwari mencapai 65.604 kilogram atau sekitar 65,604 ton sampah per minggu dan 262,416 ton per bulan serta 3.148,992 ton per tahunnya. Estimasi 3 kilogram sampah per rumah tangga, tidak dimaksudkan sebagai angka rill karena pada kenyataannya limbah sampah setiap rumah tangga berbeda sehingaa sudah barang tentu jumlah limbah sampah rumah tangga di Manokwari akan jauh lebih besar jika ditambahkan lagi dengan sampah usaha rumah makan dan restoran lainnya.  
Dalam  beberapa kurun waktu ini, jika kita melihat di Manokwari belum tersedianya tempat-tempat penimbunan sampah sementara yang terintegrasi langsung dengan perumahan dan pemukiman penduduk. Saya secara pribadi sendiri melihat kurang lebih ada 2 tempat penimbunan sampah sementara yakni di kawasan pasar sanggeng dan pasar wosi, namun itupun harus dikenakan biaya yang dipatok sendiri langsung oleh teman-teman yang kebetulan menjaga tempat penimbunan tersebut. Hal ini menjadi menarik untuk kita diskusikan dimana belum adanya tempat-tempat penimbunan sementara yang teritegrasi langsung dengan kawasan pemukiman dan perumahan penduduk sehingga yang terjadi yakni masyarakat membuang limbah sampah mereka ke tempat-tempat yang tidak seharusnya seperti bahu jalan dan sungai yang akhirnya menyebabkan sampah itu berserakan dan mengotori serta mencemari air laut Manokwari.
Pada kesempatan ini dengan melihat permasalahan penanganan sampah yang telah dikemukakan diatas, memang harus disadari bahwa Pemerintah dalam hal ini Instansi terkait telah berupaya untuk menangani sampah dengan menyediakan truck pengangkut sampah untuk mengangkut sampah baik sampah di 2 lokasi ini maupun dengan menjemput dan mengambil sampah dari rumah ke rumah di beberapa kawasan perumahan dan pemukiman untuk dibuang ke tempat pembuangan akhir, namun sampai saat ini belum adanya tempat-tempat penimbunan sementara yang setidaknya dibangun pada beberapa titik seperti kawasan pemukiman  dan perumahan yang padat penduduk serta terintegrasi langsung dengan masyarakat sehingga secara tidak langsung dengan sendirinya akan meningkatkan peran serta masyarakat dalam mendukung Manokwari bebas sampah. Disisi lain ada beberapa strategi yang setidaknya dapat mendukung Stakeholders dalam upaya Manokwari Nol Sampah yakni :
1.      Adanya Regulasi yang mengatur tentang Penanganan dan Pengelolaan Sampah
2.      Meningkatkan sinergitas dan sinkronisasi program serta pembagian dan distribusi tugas antara Instansi, dalam hal ini Dinas Pekerjaan Umum dan Badan Lingkungan Hidup.
3.      Adanya sosialisasi terkait penanganan sampah kepada Ketua-ketua RW dan RT
4.      Meningkatkan peran serta masyarakat dengan menyediakan kontainer sampah sebagai tempat pembuangan sampah pada tempat-tempat padat penduduk
5.      Meningkatkan partisipasi masyarakat dengan mengadakan lomba RT bebas sampah

Dari tulisan ini sedikit banyak kiranya telah dapat memberikan informasi dan masukan baik kepada para pembaca, Pemerintah Daerah, Instansi terkait dan Stakeholders. Akhirnya saya mengucapkan terima kasih kepada Pemerintah Daerah dalam hal ini Instansi terkait yang selama ini telah berupaya menjaga Manokwari dari sampah, Pimpinan dan Anggota DPRD Kabupaten Manokwari yang selama ini sedang berusaha membuat regulasi guna membersihkan Manokwari dari sampah serta Teman-Teman Sobat BUMI dan Komunitas lainya yang selalu setia berkampanye untuk membersihkan Manokwari dari sampah.
“Tuhan Senantiasa Memberkati Karya Kalian”
Penulis : Mervin Arison Asmuruf (Mahasiswa Pascasarjana-UGM)


Senin, 05 Desember 2016

Filosofi MATOA Bagi Manusia Papua Oleh Mervin Arison Asmuruf

Dalam Kesempatan ini saya hendak mengajak pembaca untuk bersama memaknai Filosofi Matoa Bagi Peradaban Manusia Papua dalam Kehidupan Sosial – Ekonomi Masyarakatnya.  
Matoa (Pometia Sp.) adalah salah satu jenis tanaman kehutanan endemik asli papua dan juga merupakan salah satu jenis tanaman  yang kualitas kayunya cukup baik untuk digunakan dalam kegiatan pertukangan & memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi. Selain Kayunya, Buah Matoa-pun enak untuk dimakan. Pohon Matoa tumbuh subur di alam Tanah Papua.
Dalam ilmu kehutanan, matoa merupakan salah satu jenis tanaman kehutanan yang dalam masa pertumbuhannya membutuhkan naungan atau dalam ilmu pertumbuhan tanaman disebut tanaman toleran. Sehingga matoa yang masih dalam fase pertumbuhan semai hingga tiang, sangat membutuhkan tanaman lain untuk berlindung dari sengatan cahaya matahari langsung. Namun apabila sudah berada pada fase pertumbuhan pancang dan pohon, jika terkena sengatan sinar matahari langsung justru akan dengan cepat memacu pertumbuhan Matoa bahkan bisa lebih cepat tumbuh dan berkembang dari tanaman yang awalnya menaungi Matoa. Matoa pada fase pohon tersebut tumbuh lebih cepat namun tidak menghalangi tanaman lain untuk bertumbuh dan juga tidak mengakibatkan kematian bagi tanaman lainya. Ini setidaknya merupakan pertumbuhan Matoa menurut ilmu pertumbuhan tanaman berdasarkan Ilmu Kehutanan yang saya pelajari, jika dari pertumbuhan Matoa ini kita coba untuk merefleksikannya dalam kehidupan Sosial – Ekonomi Manusia Papua.
Pada sekitar tahun 1923, Isack Samuel Kijne datang ke Papua dan memulai pelayanannya di Bumi New Guinea (Sekarang Tanah Papua) melalui Mansinam hingga berakhir di Miei sekitar tahun 1958. Buah dari pelayanannya ini, kini kita sebagai generasi muda Papua dapat mengenyam pendidikan di berbagai bidang. Setelah IS Kijne, Perkembangan peradaban Manusia Papua terus berlanjut dengan hadirnya banyak Pelayan Tuhan, Guru-guru Jemaat, Tenaga Pendidik sampai Tenaga Medis yang ikut berpartisipasi dalam Pembangunan Manusia Papua dari Generasi ke Generasi hingga saat ini. Isack Samuel Kijne telah meletakan Peradaban Bagi Orang Papua namun dalam perkembangannya tidak sedikit dari mereka yang ikut dalam proses membangun orang papua adalah mereka yang bukan orang asli papua. Banyak diantara saudara/I kita yang bukan orang asli Papua juga ikut berperan dalam memanusiakan manusia Papua. Ini membuktikan bahwa perkembangan manusia papua tidak terlepas dari kontribusi dan kerja-kerja nyata orang-orang Non Papua.
Yang menarik disini yakni Peradaban Manusia Papua sampai saat ini tidak pernah mengesampingkan Orang Non Papua yang telah banyak ikut dalam membangun orang papua. Tidak jarang dari mereka diberikan penghargaan untuk menduduki posisi-posisi penting baik sebagai Pemuka Agama maupun dalam lembaga Pendidikan, Birokrasi Pemerintahan dan Politik. Ini membuktikan bahwa Manusia Papua begitu menghargai Mereka yang telah berjasa dan ikut membangun sebuah peradaban Manusia Papua yang setidaknya selalu membaik dari waktu ke waktu.
Dari tulisan ini sedikit banyak telah memberikan informasi kepada pembaca mengenai Kesamaan Pertumbuhan Pohon Matoa sebagai tanaman endemik asli Papua dengan Perkembangan Sikap dan Karakter Manusia Papua, Juga setidaknya sudah dapat mengambarkan sebuah Perkembangan Peradaban Manusia Papua yang mana kehidupannya tidak terlepas dari Alam dan Lingkungan tempat Manusia Papua itu Hidup dan Berkembang dari waktu ke waktu secara turun-temurun. Alam dan lingkungannya juga mempunyai peran penting dalam membentuk sikap karakter manusia, karena sejatinya Manusia Itu belajar dari Alam.   
Akhirnya saya mengucapkan Terima Kasih kepada Para Pelayan Tuhan, Kaum Ulama, Tenaga Pendidik dan Tenaga Medis yang dalam keterbatasanya telah ikut berpartisipasi dalam Sebuah Pembangunan Peradaban Manusia Papua.

“Bangsa Yang Besar Adalah Bangsa Yang Menghargai Jasa Pahlawannya”
Terima Kasih Pahlawan Kami yang telah ikut membangun Kecerdasan Intelektual, Kecerdasan Emosional & Kecerdasan Spiritual Manusia Papua
GOD Bless The Land Of Papua

Kamis, 01 Desember 2016

"Sistem Dibangun Atau Membagun ???" Oleh Mervin Arison Asmuruf (Perspektif Pribadi)

Akhir- Akhir Ini Menjelang PILKADA Serentak 2017, Semua Pasangan Calon Saling Berimprovisasi Untuk Mempengaruhi Pemilih Dengan Menawarkan Visi-Misi & Program Kerja Serta Kegiatan Terbaik Yang Nantinya Akan di Akomodir Dalam RPJMD & RKPD Serta Setidaknya Akan Diimplementasikan Dalam Satu Periode Pemerintahan. Banyak Diantara Pasangan Calon Yang Menawarkan Konsep-Konsep Serta Ide-ide & Gagasan Baru Dalam Pembangunan Daerah Lima Tahunan, Yang Menarik Bagi Saya Yakni Tidak Sedikit Dari Pasangan Calon Yang Katanya Apabila Terpilih Akan Merubah Sistem Birokrasi Pemerintahan Semata-Mata Untuk Meningkatkan Pelayanan Publik Dengan & Atas Nama Kesejahteraan Masyarakat di Daerah Yang Dipimpinnya.

Hal Ini Menjadi Menarik Karena Apabila Ingin Merubah Sistem Nantinya Yang Kita Harus Lakukan Yakni Menganilisis Setiap Faktor Internal & Eksternal Yakni Kekuatan & Kelemahan Sebagai Faktor Internal Serta Peluang & Ancaman Sebagai Faktor Eksternal Yang Kemudian Kita Akan Coba Untuk Menyusun Strategi-Strategi Terbaik Guna Menjawab Tantangan & Problem Yang Dihadapi Disaat Ini Dengan Mereview Keberhasilan & Kendala Serta Hambatan Dialami Pada Masa Pemerintahan Sebelumnya. Hal Ini Akan Menjadi Menarik Ketika Yang di Perdebatkan Adalah Program & Kegiatan Yang Terdahulu Oleh Calon Petahana (Incumbent) Serta Adanya Tawaran Ide & Gagasan Baru Oleh Pasangan Calon Yang Menjadi Kompetitornya, Yang Saya Ingin Soroti Disini Apabila Yang Bertarung Dalam Pesta Demokrasi Nantinya Adalah Mereka Yang Berada Dalam Pemerintahan Yang Sementara Berjalan Ini, Sehingga Yang Setidaknya Dapat Kita Pahami Bersama Yakni Apabila Pemerintahan Itu Baik Maka Mereka Akan Mendapatkan Apresiasi & Apabila Pemerintahan Itu Tidak Seperti Yang Kita Diharapkan Mungkin Mereka Juga Akan Terkena Imbasnya Karena Rakyat-lah Yang Akan Mengahkimi Para Pasangan Calon.

Gambaran Yang Dikemukakan Diatas Merupakan Gambaran Situasi & Kondisi Dari Daerah-Daerah Yang Setidaknya Sudah Mempunyai Masyarakat Yang Mengerti & Paham Akan Pendidikan Politik & Cara Berdemokrasi Yang Baik, Sedangkan Dibeberapa Daerah Yang Masih Hidup Dalam Sebuah Komunitas Sosial-Budaya Cukup Tinggi Akan Sulit Untuk Memilah & Memilih Sosok Pemimpin Yang Mempunyai Integritas & Komitmen Yang Tinggi Membangun Daerah. Hal Ini Disebabkan Karena Dalam Memilih Masih Ada Tekanan Kepetingan Kelompok & Golongan Serta Kedekatan Emosional Baik Dari Sisi Adat Istiadat Maupun Garis Keturunan. Hal-Hal Seperti Ini Yang Pada Akhirnya Akan Berafiliasi Menjadi Politik Transaksional (Take & Give) Yang Berujung Pada Adanya Intervensi Yang Cukup Kuat Dalam Menjalankan Sebuah Sistem Pemerintahan & Sudah Barang Tentu Akan Merusak Sistem Birokrasi & Tatanan Pemerintahan Untuk Menuju Pemerintahan Yang Baik & Berwibawa.

Sistem Merupakan Sesuatu Yang Terintegrasi Satu Dengan Yang Lainnya, Sebagai Contoh :
1. Dalam Menyusun Dokumen RPJMD Harus Dapat Mengakomodir Visi-Misi Kepala Daerah & RPJD, Kemudian Dituangkan Dalam RKPD Tahunan Serta Harus Saling Berhubungan Dengan RENSTRA & RENJA SKPD.
2. Dalam Memproyeksikan Seorang Aparatur Untuk Mengisi Jabatan Struktural Setidaknya Harus Sesuai Dengan Pangkat & Golongan Sesuai Aturan Kepegawaian serta Memperhatikan Jenjang Pendidikan Kepemimpinan (DIKLAT PIM) & Latar Belakang Pendidikan.

Mungkin Yang Harus Kita Pahami Bersama Yakni Sistem Itu Terintegrasi Jadi Apabila Kita Berada Dalam Sebuah Sistem Kita Harus Dapat Menyiapkan & Mempersiapkan Diri Untuk Memenuhi Kualifikasi Yang Setidaknya Dapat Ikut Membangun Sistem Itu Sesuai Dengan Aturan Yang Berlaku.